banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, salah satunya pertunangan adik laki-laki saya. i have so many mixed feeling about this. saya bukan tipe orang yang meledak-ledak bisa menjelaskan perasaan emotional kepada orang lain, i just be me.. i prefer to be quite. and honestly part of me, i feel sad.
sad. bukan karena merasa dilangkah adik laki-laki, but i just feel like a loser. when i look my own finger and there's no ring.. how i face everyone questions? kamu kapan? kok bisa sih kakaknya saja belum dilamar, tapi adiknya sudah mendahului? bagi saya memutuskan untuk menjalin hubungan serius dan merencanakan pernikahan dengan seseorang bukanlah hal yang mudah, terlebih dengan drama percintaan saya yang bisa dibilang kurang beruntung. terkadang apa yang di alami setiap orang hasilnya tidaklah sama dengan apa yang sudah di rencanakan.
kemudian sepupu saya menanyakan. "si ade sudah bilang kalau mau lamaran? sudah meminta ijin atau pamitan sama kamu dulu belum? kamu nggak papa? " saya hanya mengangguk dan tertegun, tidak ada sepatah katapun yang mereka utarakan. semua terjadi begitu saja.. mungkin karena rasa canggung dan ingin sekali menjaga perasaan saya. tapi saya mampu membaca apa yang mereka pikirkan dengan cara mereka memandang saya tanpa menjelaskan apapun. pasti dibelakang sana banyak yang menghawatirkan dan menanyakan nasib saya.
beberapa tahun yang lalu saya menghadiri pernikahan yang nasibnya serupa. si adik melangkahi kakaknya menikah, lalu si kakak enggan pulang menghadiri resepsi. ketika itu saya berpikiran kenapa sih nggak mau menghadiri? pasti si adik juga sedih foto-foto pernikahannya tidak ada sosok kakaknya. dan dengan keadaan sekarang, saya memikirkan hal itu lagi. dan berfikir pada saat itu mungkin si kakak sangat sedih dan merasa gagal. tidak sanggup menghadapi pandangan orang-orang yang mengangggapnya 'tidak beruntung'. berada disana merupakan sesuatu hal yang membutuhkan ke-legowo-an hati yang luar biasa.
ketika hari H nya perasaan sedih itu kemudian hilang, saya juga ikut mempersiapkan acara, membantu membuat kue, bersih-bersih rumah dan membungkus kado-kado. dalam hati saya mulai menerima dan menghilangan rasa iri.. karena.. niat adik saya adalah sebuah kebaikan, dia sudah cukup umur untuk menikah dan mampu menafkahi calon istrinya. Kedua orang tuanya juga sangat merestui. Jadi mau menunggu apalagi? akan lebih baik lagi jika tidak lama-lama pacaran. ya jangan ditanya perasaan saya saat tahu mereka akan lamaran. sempat berpikir saya tidak laku. kesimpulannya, saya merestui niat baik mereka dan ikut bahagia.
pernikahan bukanlah sebuah perlombaan. bukan tentang siapa yang cepat berarti dia berhasil mendapatkan apresiasi pencapaian paling penting dalam hidup, bukan. berhenti menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain yang tak kunjung melamar.. setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda. pernikahan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan. namun awal dari kehidupan baru, yang penuh dengan tanggung jawab. bukan hanya sekedar pengakuan keberhasilan.
saya upload foto memengang bunga, dan banyak sekali meraih beragam komentar. mereka pada salah paham, karena dikiranya saya yang habis di lamar, tanpa saya jelaskan komentar mereka cukup makes my heart feel warm. karena saya sadar orang-rang yang menanyakan "kamu kapan? wah selamat ya? jangan lupa undangannya yaa.." mereka bukan orang yang senang melihat saya gagal, bukan orang yang menertawakan nasib saya yang berusia 28 dan belum menikah.. tapi mereka adalah orang-orang yang akan ikut bersuka cita dengan kebahagiaan saya jika waktunya tiba.
Dear Mind.
stop feeling insecure, please! :)