awal-awal Naura belajar mpasi 6 bulan |
sebagai seorang ibu baru, tentu saja saya mencoba banyak belajar. dan yang selalu menjadi panutan instan saya tentu saja social media dan google. semenjak hamil saya ingin sekali menerapkan gaya parenting yang modern. seiring berjalannya waktu saya semakin belajar yang ternyata di media sosial tidak semuanya benar, dan melalui media sosial juga saya sadar mana yang harus di lakukan, mana yang tidak. ketika anak saya, Naura. masih ASI eksklusif saya begitu antusias ketika akan memasuki masa MPASI. saya banyak googling ini itu, peralatan apa saja yang di butuhkan, resep ini itu yang di claim anti GTM, bahan-bahan makanan apa saja yang di percaya bisa menunjang tumbuh kembang anak. saya begitu terjebak dengan euforia ala emak-emak masa kini yang terlalu sosmed yang berkutat dengan menu, menu dan menu sehigga tidak tahu pemahaman dasar, apa itu feeding rules, apa itu naik tekstur.
buku KIA, buku ajaib sumber ilmu yang terlalu di abaikan (BENAR)
buku panduan yang menemani semenjak kehamilan, tapi saya jamin mayoritas ibu-ibu malas membaca. padahal sudah jelas buku itu merupakan sumber dari segala sumber.. dari awal bayi lahir hingga usia anak-anak. cara menyusui, bagaimana cara pelekatan, cara menyimpan ASIP bagi ibu pekerja dan bisa bertahan berapa lama di freezer, chiller maupun suhu ruang, cara membuat Mpasi, kapan waktunya, bagaimana teksturnya disesuaikan usia si bayi, cara stimulasi tumbuh kembang anak dari tengkurap, merangkak hingga berjalan. begitu juga ada penanganan bagaimana menghadapi anak demam, diare dsb.. lengkap. tapi bagi ibu-ibu yang belum menyadari (seperti saya dulu) langsung mencari disosmed cara ini ini, cara itu, bagaimana ini itu yang bisa berakibat keblinger.. jangan sampai kita lebih asik mengikuti parenting artis tertentu, seleb mom, youtuber, influencer apapun itu yang justru sebenarnya tidak baik. contohnya mereka mempromosikan susu formula, makanan bayi instan, vitamin-vitamin dengan iklan yang bombastis, aksesori mpasi menjurus ke produk ultraproses yang justru tidak baik untuk bayi kita. jadi stop sosmed (kecuali untuk dokter anak dan ahli gizi) fokus ke anak kita sendiri dengan panduan Nasional buku KIA.
Mpasi dini, supaya ketika 6 bulan bayi sudah terbiasa makan (SALAH)
salah satu syarat Mpasi adalah tepat waktu. buka tepat waktu jam berapa kasih makan, tapi tepat waktu anak berusia 6 bulan. sudah belajar duduk dan kepala sudah tegak. tidak ada toleransi di bawah usia 6 bulan apalagi dengan mengasih makan dengan cara berbaring. pengalaman saya ketika Naura berusia 5 bulan, 3 minggu. ada yang mencibir, kenapa belum di belajari makan? seperti anak saya saja, belajar saat usia 4 bulan jadinya di saat 6 bulan sudah terbiasa makan tanpa "hoek hoek"..
tapi saya tetap mengajari Naura makan di saat usianya genap 6 bulan. percayalah mom, walaupun pada awalnya sulit. tapi pada akhirnya bayi kita pasti akan doyan makan juga di waktu yang tepat. tanpa harus Mpasi dini, tanpa harus belajar pure-pure an buah. pada awalnya memang sulit karena bayi juga belajar beradaptasi mengkonsumsi sesuatu selain ASI, belajar mengenali tekstur yang dulunya hanya cairan menjadi agak padat, belajar sendok yang tadinya hanya kenyot-kenyot. belajar mendorong makanan dengan lidahnya, belajar mengenal rasa lapar. tidak usah khawatir bayi kita kurang makan saat 6 bulan, karena di saat awal-awal masih menolak makanan, kebutuhan akan ASI juga masih tinggi.. sedikit demi sedikit menaikan porsi. lama kelamaan ukuran lambung bayi akan semakin besar, dan si kecilpun akan mengenali rasa lapar dan semakin mengenali aktifitas makan menjadi kesehariannya selain menyusu.
bubur fortif tidak apa-apa, karena gizi sudah tertakar (SALAH)
salah satu kesalahan saya, yaitu mengajari Naura makan dengan bubur fortif. mungkin tidak ada yang salah dengan hal itu, bahkan sudah menjadi hal yang di anggap lumrah bahkan bubur fortif begitu di rekomendasikan oleh beberapa Dokter anak karena di claim sudah terfortifikasi dan gizinya sudah tertakar. namun tidak dengan Ahli Gizi masyarakat Dokter Tan dan membuat saya juga belajar. belajar membaca nilai gizi makanan yang tertera di kemasan. yang ternyata bubur instan kemasan begitu tinggi garam dan gula. sebetulnya boleh saja mengkonsumsinya, karena penggunaan bubur fortif sebenarnya disaat kepepet tidak bisa membuat Mpasi misalnya saat berada di perjalanan dsb.. dan bukan untuk konsumsi setiap hari. pagi siang malam sampai berbulan-bulan. bagaimanapun Mpasi homemade buatan mama-nya lah yang terbaik karena bayi kita langsung bisa mengkonsumsi Real food, yang kaya rasa dan nutrisi.
Mpasi harus dari bahan superfood, organik, mahal, bumbu khusus (SALAH)
keju khusus bayi, minyak extra virgin olive oil, kaldu ayam sapi khusus bayi, beras organik, yogurt, Chia seed, Unsalted butter. merupakan bahan-bahan yang pasti tidak asing jika mencari menu Mpasi di sosial media. perlukah anak bayi memerlukan bahan-bahan tersebut? NO! tentu saja tidak. bahkan menggunakan bahan mahal tertentu seperti ayam kampung, ikan salmon, tuna. hakikatnya Mpasi bukan berasal dari bahan-bahan super mahal dan di buat dengan super spesial. Mpasi justru membiasakan anak dari bayi untuk mengikuti menu masakan rumahan. bisa menggunakan menu keluarga yang sehari-hari di makan keluarga, asal tekturnya di sesuaikan. jadi tidak perlu ngoyo-ngoyo semangat menggebu-gebu membeli bakan makanan aneh dan mahal, cukup manfaatkan saja apa yang ada di rumah. seperti halnya daging ayam, hati ayam, ceker ayam, ikan kembung, mujaer, lele, wortel, labu siam, buncis, tahu, tempe, penyedap daun salam dsb
Gtm karena anak tidak doyan, masakan tidak enak (SALAH)
salah satu faktor keberhasilan menjadi ibu Mpasi adalah mau belajar. tidak bebal ilmu. karena usia 1000 hari kelahiran bayi merupakan golden age yang tidak bisa di sepelekan begitu saja. saya teringat keluh kesah seorang ibu yang mengutarakan kalau anaknya tidak doyan telur, ayam, ikan dan protein hewani lainnya dengan beralasan tidak doyan selalu mual. apakah sudah menjadi takdir anaknya tidak menyukai protein hewani? saya rasa tidak, namun cara pengenalannya saja yang salah. atau cara pemberiannya, cara penyajiannya, suasananya. karena pada awalnya bayi sedang mengenal tektur dulu, baru rasa. jika awalnya tidak berhasil ya coba lagi, coba lagi sampai mau dengan menu yang di sajikan.
Gtm (gerakan tutup mulut) merupakan momok yang sangat menakutkan buat para ibu, saya akui saya sendiri juga sering kewalahan dan bertanya2 kenapa anak saya tidak doyan makan? namun setelah saya belajar banyak faktor juga mempengarui kenapa bisa Gtm. bisa jadi lidahnya yang berjamur, sedang sakit, tumbuh gigi, masalah pencernaan. jadi PR kita para orangtua yaitu bagaimana mengenali dan mengevaluasi pola makan anak, cari penyebabnya dan memikirkan solusinya. bukan malah lompat dengan mencari resep menu anti Gtm dengan menambahkan bahan-bahan aneh, menggunakan vitamin nafsu makan, madu-madu an, jamu-jamu an yang justu tidak ada efektifitasnya dan hanya menjadi korban iklan.
bayi makan sendirian, di gendong kesana kemari (SALAH)
ini juga merupakan hal yang sangat sulit di rubah, termasuk saya. memberi makan bayi dengan cara di gendong kesana kemari, melihat ayam, melihat kucing. yang seharusnya makan adalah suatu aktifitas bersama. anak makan dengan ibunya, di suap ibunya, satu meja dengan anggota keluarga lainnya. sehingga tidak tercipta anak makan sambil di gendong bahkan sambil berlarian.
begitulah pemikiran saya bedasarkan apa yang saya alami. saya juga masih terus belajar menjadi ibu. saya menyayangkan kenapa rata-rata para ibu di indonesia memperoleh ilmu seperti ini di dapatkan secara otodidak. akan lebih baik jika di masukan dalam kurikulum pelajaran sekolah akan lebih bermanfaat, karena menjadi ibu hamil, ibu pasca melahirkan, proses menyusui, pemberian Mpasi merupakan proses awal para Ibu menghasilkan generasi anak-anak yang sehat dan berkualitas. semoga tulisan saya ini juga bisa menjadi ilmu buat para Ibu yang tak hentinya belajar untuk mendampingi dan mengasihi buah hati.