How I tried to stay on track

by - Februari 12, 2019

dari dulu saya struggling dengan berat badan. dan tidak saya pungkiri saya memang pribadi yang malas berolahraga dan sangat hobi sekali sleepover main gadget, menulis blog, membaca buku, menonton film yang memang semua kegiatan tersebut membuat saya sit around all days and gaining weight. apalagi saya juga suka ngemil yang chrispy-chrispy tinggi 'kalori' namun tidak pernah berusaha membakarnya dan membuat badan saya jadi timbunan lemak hahaha. satu-satunya olahraga saya cuma beres-beres rumah itupun tidak dikerjakan setiap waktu. hmm.. malasnya.

sampai bulan lalu, saya di suruh untuk menjaga kesehatan dan stamina sebelum Medical Check Up. saya sehat dan tidak pernah mengeluhkan penyakit apapun, tidak pernah masuk rumah sakit dan tidak pernah punya pengalaman cedera fisik. dibandingkan anggota keluarga saya yang lain sepertinya memang saya yang paling sehat. tapi tetap saja, tidak pernah olahraga dan tidak menjaga pola makan yang membuat saya ketakutan dan khawatir dengan hasil Medical Check Up. beruntungnya Medical Check Up tersebut tidak dilakukan dengan segera dan masih punya jangka waktu 11 hari. oh God.. thank you!

saya langsung berfikir olahraga macam apa ya yang cocok dengan saya. senam? No! saya benci sekali dengan senam karena saya merasa body shamming dengan diri sendiri. jika ikut sanggar senam saya benci sekali berjoget-joget di hadapan banyak orang meskipun semuanya wanita tetap saja tidak suka. apalagi seringnya kegiatan tersebut juga dilakukan di ruangan terbuka seperti taman, lapangan, tepi pantai yang menarik banyak orang untuk menonton. No and No! i hate being exposed! Malu!

nge-Gym? saya suka sekali nge-Gym saat masih SMA dan langsung seaching tempat fitnes terdekat. tapi saya tidak temukan dan yang terdekat hanyalah perjalanan 30 menit dari rumah, hadeeh itu sama saja jarak yang saya tempuh untuk berangkat kerja. namun, saya juga punya pertimbangan kenapa saya tidak nge-gym, karena di tempat seperti itu kebanyakan adanya Pria-Pria. merasa risih saja ketika berolahraga di ruangan yang berisi Pria-Pria dan saya Wanita sendiri di pojokan. No!
tapi saya berhasil temukan ada tempat fitnes yang woman friendly dengan Ibu-Ibu tapi tempatnya terlalu jauh hiks..

Lari Pagi? juga saya tidak lakukan karena nafas saya cepat tersengal-sengal ketika lari. dan lapangan untuk track lari selalu becek karena sedang musim hujan. aduh..
lalu pilihan saya jatuh untuk bersepeda. dulu ketika saya bersepeda saya selalu mendapat perlakuan "Body shamming" ketika melewati sekumpulan pria-pria tak sopan yang selalu menyapa saya dengan nada pelecehan. sedih. saya jadi enggan untuk bersepeda lagi kala itu. sempat berandai andai, jika saja saya hidup di perkotaan pasti akan lebih mudah berolahraga. saya bebas berlarian di jalanan, tanpa menghawatirkan ada Pria yang body shamming memperhatikan anggota badan saya ketika berlari. susahnya hidup di desa, segala sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan akan selalu di perhatikan. lewat bentar langsung di tanyain 'mau kemana'? 'itu bawa apaan'? sambil di wajibkan memasang senyum palsu nan basa-basi. dan tidak hanya satu-dua orang tapi sering sekali di tanya begitu ketika menemui mahluk yang namannya manusia sepanjang jalan.
tapi kali ini, saya lebih suka bersepeda di sawah yang sepi. dengan memakai masker penutup hidung dan headset untuk mendengarkan musik. akhirnya saya bebas hahaha saya juga pakai aplikasi Samsung Health untuk mengetahui seberapa jauh saya menggoes sepeda.


You May Also Like

0 comments