Pelajaran Hidup di Usia 22 Tahun

by - Februari 06, 2016

mungkin memang sudah terlambat sekali, ulang tahun saya yang ke-23 sudah berlalu lebih dari sebulan yang lalu (tanggal 5 Januari). namun, saya baru saja membaca tentang posting-an salah satu blogger favorite saya Keltie Knight (klik disini) tentang ulasan ulang tahunnya dan apa saja yang ia pelajari selama setahun yang sudah berlalu. haaaa.. ternyata saya dan Keltie sama-sama terlahir di bulan Januari dengan beda usia terpaut tepat 10 tahun :p
jika Keltie membahas tentang segala hubungan pertemanan, pekerjaan, percintaan, hal hal yang sudah dipelajari, disukuri, dan harapan-harapan yang ingin dicapai. mungkin saya juga akan membahas hal yang sama namun dengan cara pembahasan yang berbeda.

#1 dulu. dulu sekali saya pernah menjalin hubungan dengan seseorang yang ketika hubungan itu berakhir, saya benar-benar punya luka hati yang buruk. dan pada saat itu sayapun berada dalam titik terendah dalam kehidupan. begitu sedih yang berlarut larut sampai saya juga butuh waktu selama bertahun-tahun hingga akhirnya saya berhasil move on.
namun, di tahun 2015 lalu Dia kembali menghubungi dan menyapa saya kembali di facebook. saya merasa hal itu juga bukan sesuatu yang istimewa karena Dia juga sudah melupakan saya, sudah memiliki kehidupan baru dan keluarga baru pula. dulu hati saya masih dipenuhi rasa marah dan kebencian. tetapi, saat sapaan di Facebook itu terjadi saya merasa sangat senang. senangnya karena ketika menyadari ternyata saya sudah jauh sekali melangkah meninggalkan masa lalu.. saya senang ketika menyadari rasa marah itu sudah hilang, meskipun ada sisa-sisa kecil rasa sakitnya masih membekas. saya senang ketika menyadari saya sudah tidak mempunyai perasaan apapun lagi untuknya, itu tanda kalau saya sudah berhasil move on..  saya senang ketika menyadari saya benar-benar bisa hidup tanpa memikirkan-nya dengan segala sakit hati yang pernah saya alami selama beberapa tahun terakhir and it's like another world.. (cerita ini sudah pernah saya bahas. klik disini)


#2 Being so emotional is Normal. Facebook sekarang ada fasilitas baru yang membuat foto, status, termasuk juga wall post seperti memiliki tanggal ulang tahun yang tiap harinya bisa muncul di notifikasi dari orang-orang yang sudah berlalu beberapa tahun yang lalu.
terkadang saya juga merasa kalau status-status saya di facebook terdahulu begitu memalukan, menjijikan, alay dan membuat saya begitu prihatin karena dulu hampir setiap hari saya selalu bersedih seolah-olah kehidupan saya setiap harinya tidak pernah bahagia. haha.. memang, begitulah nyatanya. seperti yang saya bahas di nomor #1 di atas. disitu lah masa-masa kesedihan yang saya maksudkan terjadi. saya merasa begitu bodoh kenapa dulu selalu memikirkan dan mengharapkan orang yang sebenarnya tidak layak untuk saya tangisi di hampir setiap malam.
saya terkadang bisa begitu emosional, dengan adanya pemicu yang membuat saya teringat dengan hal-hal tertentu. tetapi saya anggap itu sesuatu hal yang normal sebagai manusia. pikiran kita memang akan selalu menjelajah dengan sendirinya supaya introspeksi dan mau belajar menjadi orang yang lebih baik. kalau rasa kesal tersebut sudah bisa di lampiaskan dengan cara yang sehat, maka akan hilang juga dengan sendirinya. manusia memang seperti itu terkadang mood dipikiran dan hatinya naik turun, dan itu normal. (cerita ini sudah pernah saya bahas. klik disini)

#3 tahun 2015, saya juga berhasil menambah pengalaman musik dengan menonton konser Java Jazz Festival. saya termasuk bukan penggemar musik Jazz, namun keberadaan saya disana karena hanya ingin menonton Christina Perri. pengalaman yang paling berharga dari itu semua sebenarnya, saya ikutan kuis Meet and Greet untuk bisa bertemu langsung dengan Christina Perri. dan Menang!! but, sadly saya tidak berhasil menghadiri acara tersebut karena waktunya terlalu mepet. seandainya saya punya pintu ajaib punya Doraemon mungkin saya bisa bertemu dengan Christina Perri secara pribadi.
saya sebenarnya ingin menangis sekeras-kerasnya karena mungkin itu adalah kesempatan satu kali seumur hidup. namun, yah sudahlah mungkin belum rejeki. saya seharusnya masih harus bersyukur, saya bisa menonton konser Christina Perri lagi untuk kedua kalinya setelah konser yang pertama tahun 2012 lalu. (cerita ini sudah pernah saya bahas. klik disini)


#3 sekitar bulan Juni-Juli-Agustus 2015, saya punya banyak sekali masalah di pekerjaan. dan minggu kedua bulan agustus 2015 saya memutuskan untuk Quit the Job alias Resign. saya merasa sudah banyak sekali pertimbangan dengan dukungan keluarga saya juga yang selalu menyuruh saya untuk resign. pada saat itu saya sedang begitu stres dan muak. dengan begitu banyaknya masalah, saya merasa segala sesuatu kesalahan dibebankan ke saya dengan pembagian tugas antar karyawan yang tidak adil. saya begitu jenuh dan ingin melarikan diri. saya begitu stres karena saya merasa dengan berbagai tugas dan tanggung jawab pekerjaan itu di bebankan ke saya semua dan sudah menyita seluruh waktu dan pikiran saya full. bahkan ketika weekend. and i do. saya benar-benar melarikan diri secara sepihak. saya hanya menulis surat pengunduran diri dan mengirimkannya via email. esok harinya saya langsung tidak masuk kerja tanpa adanya negosiasi dan serah tugas. egois memang. saya berniat untuk istirahat dan menggangur beberapa bulan sebelum mencari pekerjaan lain. ada beberapa yang menawarkan pekerjaan ke saya, namun lambat waktu semuanya mengecewakan. saya kembali kesusahan untuk mencari pekerjaan kembali. pada saat itu pula, saya berfikir mungkin itu semua disebabkan karena cara resign saya dari kantor yang lama tidak baik hingga tanpa berucap apapun langsung melarikan diri dan lari dari tanggungjawab hanya karena kekesalan dan emosi yang sedang memuncak.
yang terakhir, saya di tawarkan pekerjaan dan langsung interview dengan Atasan disebuah kantor usaha. namun, saya langsung di tolak mentah-mentah hanya karena saya tidak punya pengalaman bekerja di luar negeri dan saya tidak lancar berbahasa inggris dan mandarin. sebuah alasan yang tak masuk akal. karena saya melamar sebagai staff bukan melamar sebagai guru bahasa.
namun, penolakan tersebut membuat saya berfikir dan merasa tertampar keras.. dulu, saya langsung saja di terima bekerja dengan mudahnya di kantor yang lama. tanpa meragukan kemampuan saya yang masih tak tau apa-apa tentang bidang usaha yang di hadapi. baik buruknya atasan saya dahulu, seenggak-nya Dia pernah menerima saya dengan tangan terbuka dan mau dengan telaten mengajari saya dari awal. saya merasa sangat menyesal dan sangat bersalah sudah meninggalkan pekerjaan saya dahulu dengan cara yang sangat tidak sopan. mungkin saya ini kelewat manja dan sensitif, sehingga kemarahan apapun yang dikeluarkan atasan saya dahulu langsung membuat saya berkecil hati dan merasa tidak dihargai.

#4 Back to office. selama saya menganggur dan mendekam di rumah, teman-teman kantor lama saya masih sering berkunjung karena masih membutuhkan bantuan untuk berbagai pekerjaan dan urusan dokumen. saya bisa saja menolak untuk membantu mereka, namun saya masih merasa bersalah telah meninggalkan mereka begitu saja tanpa mengajari atau menunggu mencari pengganti posisi tugas saya terlebih dahulu. jadi saya juga masih merasa terbebani dengan tanggung jawab agar perlahan-lahan mereka akhirnya bisa mandiri tanpa bantuan saya. namun itu tidak membantu. malah saya terus di bujuk agar mau bergabung lagi bekerja di kantor yang lama. hmm.
namun saya masih terus menolak selama beberapa bulan. memang satu sisi, saya ingin kembali bergabung dan menebus kesalahan saya yang lari dari pekerjaan begitu saja. di sisi lain, saya tidak mau kembali bekerja di kantor yang punya manajement kerja acak-acakan, waktu, keuangan, fasilitas masih terbilang belum memadai. dengan segala sesuatu pekerjaan yang terus di bebankan ke saya semua. dan jujur saja disisi lainnya, saya juga tidak mau terlalu lama menganggur lagi. saya terus berfikir dan konsultasi dengan Mama. akhirnya keluarga semua kembali menginjinkan setelah beberapa bulan yang lalu terus menyuruh saya Resign. 

akhirnya dengan malu-malu, saya mencoba sms Atasan saya (padahal saya tahu, saya masih dibutuhkan kembali) namun sayapun bertanya. "sebenarnya teman-teman semua menyarankan saya untuk kembali. namun baru sekarang saya bisa menyanggupi. dan kalau saya masih ingin bekerja, apakah saya masih mendapatkan kesempatan untuk kembali?" dan jawaban dari sms itu adalah "besok senin mulai kerja"

saya merasa begitu berterima kasih karena bisa diberikan kesempatan untuk kembali atas apa yang sudah saya lakukan dahulu dengan menghilangnya saya begitu saja. kemudian sesaat saya kembali bekerja, saya merasa begitu asing dan banyak yang berubah. dulu, saya ibarat queenBee disitu. semua client mengenal saya dan bekerjasama dengan baik. namun yah, yang namanya Kantor usaha begitu orang-orangnya terus berganti dan ketika saya mulai kerja banyak orang yang tidak mengenal saya dan sayapun juga merasa begitu terasing. saya mulai lagi dari awal. yang paling saya senangi adalah antara teman-teman kantor saya-pun banyak yang berubah untuk tidak selalu membebankan semua kesaya, namun dari mereka juga sudah bisa mulai bertanggung jawab dengan tugas masing masing. semoga ini merupakan langkah yang baik dan semoga nantinya akan bisa lebih baik.

itulah beberapa hal yang saya pelajari selama di usia 22 tahun lalu.. semoga si usia sekarang 23, saya bisa menjadi orang yang lebih baik dan berguna untuk orang lain dan untuk keluarga saya. semoga di usia 23 ini saya bisa menemukan calon suami agar bisa memenuhi target saya menikah di usia 24. amin.

You May Also Like

0 comments