You can't lose something you never had

by - Juni 06, 2016

dalam kehidupan semestinya saya tidak pernah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi, segala sesuatu yang akan menimpa saya. terkadang apa yang sudah direncanakan, apa yang di ketahui, apa yang diyakini, apa yang saya lakukan tidak seperti harapan. kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan. mungkin kejadian buruk yang terjadi juga karena saya yang tak pernah bisa belajar menghadapi sesuatu dari pengalaman yang ada.

itu sedang terjadi pada saya saat ini, saya tidak mempermasalahkan kehendak Tuhan dengan segala hal yang terjadi tidak sesuai dengan yang saya harapkan. hanya saja saya merasa sangat bodoh. ini bukan tentang keluhan saya terhadap kehidupan, namun lebih ke rasa penyesalan dengan sikap saya dan pilihan bodoh sebagai manusia karna tidak bisa memilih mana yang baik atau yang buruk buat saya. bodoh karna saya terlalu gampang memberikan kepercaan pada orang lain.

saya merasa bodoh karna melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang kali. kenapa saya begitu naif dan percaya bahwa setiap teman yang saya percaya membawa ketulusan, sehingga saya dengan mudahnya membantu permasalahan mereka, mengorbankan materi, mengorbankan waktu, hingga saya juga ikut membantu melakukan kebohongan yang saya tahu akan merugikan saya sendiri karena resiko yang saya ambil.

setiap perbuatan pasti ada konsekwensi yang harus di bayar. walaupun saya niatkan untuk membantu seseorang. kemudian seseorang yang saya bantu tersebut tidak menepati janji dan balik menyalahkan saya yang terlalu memperhitungkan hal hal yang di anggapnya sepele. kemudian menyalahkan orang lain atas kegagalannya, menyalahkan keadaan yang tidak berjalan sesuai semestinya.

kenapa saya dulu mempercayai teman semacam itu?

andaikan waktu dapat terulang, andai waktu terulang.. itulah yang saya selalu pikirkan setiap merasa tertipu, merasa terbohongi, merasa terhianati.. padahal setiap masalah juga berbalik kepada saya sendiri. kenapa saya tidak berhati hati untuk memilih teman? kenapa saya gampang menaruh iba pada seseorang yang sebenarnya punya niat yang hanya ingin memanfaatkan dan merugikan saya?

hal kedua yang saya sesali adalah materi. saya sudah berkorban materi yang entah kapan, entah bagaimana mungkin tidak kembali. mungkin jumlahnya tak seberapa, namun itulah uang tabungan saya yang saya peroleh dari sisihan gaji saya tiap bulan dari hasil keringat saya sendiri. rasanya susah untuk mengikhlaskan. nominalnya tak banyak, namun yang membuat saya merasa sakit adalah perilaku seserang tersebut yang memanfaatkan saya dan selalu menyepelekan apa yang sudah saya korbankan.

kemudian saya menerima sebuah broadcast panjang yang isinya kata-kata renungan.. yang intinya adalah Hidup adalah sebuah titipan. setiap rejeki yang kita peroleh dengan halal, masih ada hak orang lain untuk disisihkan.. uang adalah titipan, pekerjaan adalah titipan, barang-barang yang sudah pernah saya peroleh adalah titipan.atau memang benar segala hal yang saya miliki suatu saat nanti akan di ambil dengan caranya sendiri.

namun saya bertanya pada diri sendiri, kenapa hati saya merasa begitu berat dan sedih kekita titipan-titipan itu di ambil kembali?? bukankah segala sesuatu yang saya punya di dunia ini hanyalah titipan semata?

saya menyadari betapa egoisnya saya, dan betapa tidak bersyukurnya saya kepada Allah sehingga saya terkadang sering menyalahkan diri sendiri dan kehendak Allah atas semua musibah yang saya alami kemudian selalu menganggap saya sebagai 'korban' dari ketidakjujuran orang lain. sehingga saya memandang 'Untung-Rugi' dalam kehidupan seperti penyelesaian matematika.

maafkan saya ya Allah..
mungkin ini adalah sebuah teguran buat saya, agar saya lebih selektif memilih teman. agar saya menyadari hidup saya di dunia semata mata untuk beribadah kepada Allah. jadi apa yang saya miliki entah itu badan, kesehatan, keluarga yang saya punya pun semua hanya titipan..

semua manusia sudah punya takaran rejekinya masing-masing, entah itu hilang atau ditipu orang. yang terpenting namanya materi bisa di cari lagi dikemudian hari..
menyesali dan mengganggap sesuatu materi ibarat sebuah kemilikan pribadi dan terus-terusan menyalahkan orang lain yang mengingkari janji hanya akan menyakiti diri sendiri. itulah gunanya kenapa manusia harus ikhas menjalani kehidupan.. insyaAllah..

You May Also Like

0 comments